Jakarta Tempo dulu
Salam hangat pembaca!
Weekend ini saya punya waktu untuk ngebolang di
daerah Jakarta dan sekitarnya. Berhubung akses rumah saya dilalui oleh jalur
busway jadi dipilihlah Transjakarta sebagai teman bolang saya (ongkos murah
hehe ). Jalan-jalan di daerah kota tua membuat saya membayangkan jaman Batavia
tempo dulu seperti apa ya suasana dan megahnya. Sebagai gadis keturunan Betawi,
saya harus tau dong sejarah tempat kelahiran saya ini ^^ .
Betawi sebagai queen
of east sekarang tinggal kenangan walaupun sisa-sisanya masih bisa kita telusuri
dan ditemui dibeberapa lokasi namun kehidupan serta kebiasaan orang Betawi asli
yang kebanyakan sudah pada uzur. Nah, kita sebagai generasi muda yang belum
sempat ikut merebut dan menegakkan kemerdekaan, sekarang punya job untuk membangun
Jakarta lebih indah dan lebih sejahtera dari pada Batavia waktu dulu. Buat ceman-ceman
yang suka cerita sejarah, saya punya sedikit
info sejarah tentang Jakarta tempo dulu.
Oke laah ceman-ceman yuk mari !
Queen Of the East
Terusan Suez pada November 1867 dibuka. Yang berarti
hubungan laut antara Benua Asia dan Eropa jaraknya semakin pendek. Kalo semula
pelayaran dari Eropa ke Batavia memerlukan waktu sekitar enam bulan dengan
risiko perompakan dan penyakit, kini dapat ditempuh dalam waktu sebulan. Sejak
saat itu, makin banyak orang Eropa khususnya Belanda datang ke Batavia.
Sayangnya, kesempatan emas ini tidak di dukung oleh kondisi pelabuhan Sunda
Kelapa di Pasar Ikan. Akibatnya kapal samudera yang berdatangan dari
mancanegara tidak dapat merapat karena digenangi lumpur. Pemindahan penumpang
dan barang-barang dari kapal ke perahu-perahu saat bongkat muat ke darat dan
dari darat ke kapal sangat menghambat. Guna memperlancar ekonomi dan
perdagangan diperlukan pelabuhan baru yang modern.
Setelah melakukan survey
yang cukup matang, akhirnya dipilihlah Tanjung Priok yang jaraknya sekitar 8 km
dari Pasar Ikan. Bersamaan dengan itu, di bangun pula jaringan kereta api
antara Batavia dan Buitenzorg (Bogor). Berturut-turut jaringan KA semakin
bertambah, baik didalam kota maupun disekitarnya. Trem uap mulai dipergunakan
pada 1881. Dan 16 tahun kemudia (1897) digantikan trem listrik. Dengan
demikian, berkembanglah lalu lintas yang sudah dirintis oleh Gubernur Jenderal
Gustaf Herman Willem Daendles, dilengkapi dengn telegraf dan telepon. Daendles
juga membangun kawasan baru di selatan kota lama yang disebut Welrevreden (daerah lebih nyaman).
Pemindahan ini karena kota lama menjadi sarang penyakit yang menakutkan bagi
warga Belanda.
Sejak masa pemerintahan Raffles (1812), saat Batavia
selama 5 tahun dikuasai Inggris, sistem pembagian wilayah kota dan daerah
Ommelanden (luar kota), ditetapkan dalam kesatuan wijk atau kelurahan saat ini.
Masa jabatan wijkmeester (lurah) ditetapkan satu tahun. yang terpilih sebagai
kepala wijk adalah mereka yang paling terkenal dan dihormati dikampungnya.
Waktu itu Batavia-Wetevreden sedang dipromosikan
dengan sebutan yang menarik : Queen of East (Ratu dari timur). Boleh dikata
dalam abad ke-19 Batavia mengalami transfusi yang cukup besar dari para
pendatang Eropa. Serdadu dan pedagang dari abad ke-19 ini jauh berbeda dai
rekan-rekan mereka di abad ke -17. Mereka lebih santun dan terhormat, ketimbang
serdadu dan petani yang didatangkan JP Coen dua abad sebelumnya. Di sekitar
Weltevreden muncul pemukiman-pemukiman baru seperti Tanah Abang, Godangdia,
Meester Cornelis (jatinegara), dan menteng. Pada awal abad ke-20 Batavia
mencapai kekayaan yang melimpah.
Ratu dari timur itu tinggal kenangan
Gedung dan tempat yang pernah mengisi lembaran
sejarah ibukota kini sudah tiada termasuk gedung-gedung yang dibangun abad
ke-17 dan ke-18 hingga Batavia mendapat julukan sebagai kota Ratu dari Timur.
Agar jangan sampai sisa-sisa peninggalan sejarah yang masih ada turut punah,
Gubernur DKI Soerjadi Sudirja dalam upaya menggalakkan pariwisata di DKI pada
tahun1993 telah melestarikan 224 bangunan tua sebagai Cagar Budaya Betawi.
Dengan SK tersebut Gubernur melarang untuk mengubah bentuk apalagi
membongkarnya. Seperti di Museum Bahari di Sunda Kelapa. Dengan semangat
melestarikan tempat bersejarah ini, terpancang tulisan gagah dengan huruf-huruf
besar :”Kita tanpa bangunan tua ibarat manusia tanpa ingatan”. Di museum yang
pada masa VOC merupakan gudang, yang masih tampak kemegahannya, tidak lagi
tercium bau aroma cengkih, biji pala dan berbagai rempah lainnyayang saat itu
di simpan dan kemudian di angkut ke manca negara.
Tak berjauhan dari gudang VOC yang ketika itu tepat
berada di tepi pantai, kini sudah menjauh sekitar 20 meter, terdapat Benteng
(kastil) Batavia, yang hampir tidak berberkas. Hanya dengan bersusah payah,
melewati tangga dari papan yang dibuat penduduk setempat, sebagaimana yang
dilakukan wisatawan asing, baru dapat menjumpainya sedikit. Di dekat benteng
ini, di sekitar Jalan Tongkol dan kakap dahulu terdapat sebuah Pintu Gerbang
Amsterdam, untuk memeriksa orang yang keluar masuk kastil. Menyusuri daerah
kota dari pasar ikan, jalan falatehan 1, berdiri gedung Staadhuis atau balai
kota yang tampak megah, yang dulu menjadi tempat eksekusi bukan hanya bagi para
bandit, perampok dan penjahat, tapi juga pejuang-pejuang kemerdekaan.
Diseberang kanannya terdapat sebuah gereja tempat
masyarakat Belanda kala itu melakukan kegiatan keagamaan. Gereja ini pernah
diperbaharui, ketika mendapat gempuran dan dibakar oleh pasukan mataram ketika
menyerang Batavia.
Tempat konsentrasi pertahanan pasukan mataram kini
menjadi Jalan Mataram di Jakarta Timur, yang ketika itu hutan belukardan
rawa-rawa. Kata Mataraman oleh orang betawi di sebut Matraman.Gubernur Jenderal
JP Coen dikabarkan dimakamkan di halaman gereja ini.
Dulu kota Batavia dibelah menjadi dua bagian, dikiri
dan kanan Sungai Ciliwung yang mampu dilewati 30 buah perahu yang membawa
berbagai keperluan sehari-hari dari “luar kota”. Disebelah timur (Kalibesar Timur)
tempat pemukiman orang belanda dengan gedung bergaya Eropa, sebelah barat
(Kalibesar Barat)orang cina dengan bangunan bergaya negeri leluhurnya.
Perluasan kota di bagian barat dilakukan dengan menggali parit-parit. Daerah
pemukiman cina di pecinan Glodok ketika itu disebut zuider voorstad (pemukiman
luar tembok selatan).
oke itu dulu info nya yaa
thx
Comments
Post a Comment